Waduh! Wanita India ini Nikahi 2 Pria Bersaudara, Bagaimana Urusan Tidur?

Muhaimin, Evan Payong
Seorang wanita India nikahi 2 pria bersaudara dalam tradisi poliandri kuno. Foto : MPI

NEW DELHI, iNewsBelu.id - Seorang wanita India bernama Sunita Chauhan telah membuat heboh dengan menikahi dua pria bersaudara dalam tradisi poliandri kuno pada awal bulan ini. Ketika poliandri itu jadi pemberitaan media internasional, banyak yang mempertanyakan cara mengatur waktu mereka dalam berhubungan intim.

 

Praktik poliandri itu terjadi di komunitas suku Hatti di wilayah Himachal Pradesh dan dikenal sebagai "Jodidara". Sunita Chauhan menikah dengan dua pria kakak-adik; Pradeep dan Kapil Negi. Bahkan pesta pernikahan mereka digelar meriah tiga hari berturut-turut.

Tradisi Jodidara diakui dalam undang-undang Himachal Pradesh dan terdapat dalam pasal 494 dan 495 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana India, yang mengatur hubungan perkawinan.

Namun, bagi yang tidak menduga, sekadar menyebut tentang berbagi istri saja sudah menimbulkan banyak pertanyaan. Untungnya, mantan kepala menteri setempat, YS Parmar, menulis tesis doktoralnya tentang tradisi yang sama yang telah berusia seabad.

Tesisnya yang berjudul "Polyandry in Himalayas: Socio-economic background of Himalayan Polyandry" di Universitas Lucknow mengkaji praktik ini secara ekstensif.

Bagaimana Berbagi Waktu Urusan Tidur?

Dalam penelitiannya, Parmar menjelaskan bahwa dalam poliandri fraternal, istri memiliki otonomi untuk memutuskan bagaimana waktu dibagi di antara para suami.

 

Menurut laporan Live Hindustan, yang mengutip Parmar, istri harus memberikan kasih sayang dan waktu yang sama kepada semua saudara laki-laki untuk mencegah kecemburuan.

 

Di halaman 91 tesisnya, Parmar menjelaskan bagaimana terkadang topi atau sepatu diletakkan di luar kamar untuk menunjukkan bahwa sang istri sedang bersama suami tertentu, meskipun ini mengasumsikan rumah tangga tersebut memiliki lebih dari satu kamar, yang tidak selalu terjadi pada keluarga miskin.

 

"Dalam kebanyakan kasus, sang istri tidur dengan semua suaminya di kamar yang sama...ia memutuskan, sesuai keinginannya sendiri, suami mana yang akan bersamanya malam itu. Namun, ia melakukan tugasnya dengan setiap saudara laki-laki secara bergantian. Biasanya, waktu yang sama diberikan kepada semua suami. Keluhan jarang muncul," catat Parmar dalam tesisnya, seperti dilansir Live Hindustan, Minggu (3/8/2025).

 

Selain keintiman, sang istri biasanya mengelola rumah tangga, termasuk dapur, pakan ternak, dan pekerjaan pertanian.

 

Jika beban kerja terlalu berat, dia dapat meminta seorang perempuan lain untuk bergabung dalam rumah tangga, yang kemudian menjadi istri bagi semua saudara laki-laki juga.

 

Alasan di Balik Poliandri

Anggota suku Hatti menyatakan bahwa poliandri membantu menjaga keutuhan keluarga dan melindungi lahan-lahan kecil.

 

"Menjaga keutuhan lahan-lahan kecil dan mengurangi biaya pernikahan merupakan alasan ekonomi di balik tradisi ini," kata OP Sharma, mantan ketua Dr. YS Parmar Chair di Universitas Himachal Pradesh.

 

Dia menambahkan bahwa Parmar tidak mendukung praktik tersebut karena kekhawatirannya terhadap hak-hak perempuan.

Namun, beberapa orang membandingkannya dengan "hubungan kumpul kebo" modern, seorang mahasiswa hukum, Balma Devi, yang dikutip oleh PTI, mengatakan, "Jika hubungan kumpul kebo diterima, lalu mengapa ada masalah dengan tradisi kuno? Ada 15-20 keluarga di desa saya, Koti (distrik Sirmaur), di mana seorang perempuan menikah dengan lebih dari satu laki-laki dan kami ingin tradisi ini berlanjut."

"Hubungan tetap sehat dalam keluarga dan lahan tetap utuh dalam pernikahan bersama," katanya.

Anggota komunitas lainnya, Sant Ram, menambahkan: "Poliandri adalah tradisi lama yang menjaga persaudaraan dan mengelola pengeluaran dengan baik. Kami berempat menikah dengan dua perempuan."

Suku Hatti Himachal

Suku Hatti, sebuah komunitas yang erat di perbatasan Himachal-Uttarakhand, mendapatkan status "Suku Terdaftar" tiga tahun lalu. Para pemimpin komunitas percaya bahwa pengakuan mereka sebagian berasal dari kepatuhan terhadap praktik tradisional seperti poliandri.

"Kami mendapatkan status suku karena praktik tradisional lama tersebut yang juga tercantum dalam catatan pendapatan. Poliandri lazim di sekitar 150 desa di wilayah Trans Giri, distrik Sirmaur," kata Ramesh Singta, juru bicara Hatti Vikas Manch.

Meskipun pernikahan semacam itu kini semakin banyak dilakukan secara diam-diam, itu masih diterima oleh banyak orang di komunitas dan desa, kata para tetua desa.

Editor : Stefanus Dile Payong

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network