FLORES TIMUR, iNewsBelu.id – Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus hari ini, Jumat (1/8/2025) malam pukul 20.48 WITA.
Menurut laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), kolom abu vulkanik teramati mencapai ketinggian 10.000 meter di atas puncak gunung atau sekitar 11.584 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu berwarna kelabu dengan intensitas tebal ini condong ke arah barat dan barat laut, disertai suara gemuruh kuat yang terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-Laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang.
Erupsi ini terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimum 47,3 mm dan durasi sekitar 3 menit 40 detik. Hingga laporan ini dibuat, aktivitas erupsi masih berlangsung, dengan status gunung tetap pada Level IV (Awas), tingkat kewaspadaan tertinggi. PVMBG mencatat bahwa erupsi ini merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang terus meningkat sejak akhir 2023, dengan puncak signifikan pada Juli 2025, di mana kolom abu pernah mencapai 18.000 meter di atas puncak pada 7 Juli 2025.
PVMBG mengimbau masyarakat dan wisatawan untuk tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi dan 7 kilometer pada sektor barat daya hingga timur laut.
Masyarakat di sekitar gunung, terutama di desa-desa seperti Dulipali, Padang Pasir, Nobo, Nurabelen, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, dan Nawakote, diminta mewaspadai potensi banjir lahar hujan, terutama saat curah hujan tinggi.
“Warga di daerah aliran sungai yang berhulu di puncak gunung harus ekstra hati-hati karena risiko banjir lahar dingin sangat tinggi,” kata Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid.
Untuk melindungi sistem pernapasan dari bahaya abu vulkanik, masyarakat diimbau menggunakan masker atau penutup hidung-mulut saat beraktivitas di luar ruangan.
PVMBG juga menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah, Pos Pengamatan Gunung Api Lewotobi Laki-Laki, dan Badan Geologi di Bandung untuk memastikan informasi terkini tersampaikan dengan akurat.
Erupsi ini menyebabkan hujan abu dan kerikil di beberapa desa, termasuk Boru, Hewa, dan Watobuku.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait