Ingin Isolasi Betlehem Israel Usir Warga Kristen Palestina dan Rebut Tanahnya

Anton Suhartono, Evan Payong
Israel Bezalel Smotrich mengumumkan rencana untuk membangun permukiman baru untuk Yahudi di Betlehem, menggusur tanah warga Kristen Palestina (Foto: AP)

Menurut Peace Now, permukiman baru di Nahal Heletz akan menciptakan area terisolasi jauh di dalam wilayah Palestina. Kondisi itu hampir pasti akan meningkatkan ketegangan antara pemukim Yahudi ilegal dengan warga Palestina, termasuk dengan pemeluk Kristen.

“Israel menghancurkan salah satu benteng Kristen terakhir di Tepi Barat, tempat saya memilih untuk tinggal sambil meneliti keberadaan Palestina di Holy Land. Ini adalah sejarah kuno yang luar biasa. Tempat lahirnya agama Kristen dan orang-orang di sini adalah keturunan orang Kristen sejak masa Yesus Kristus. Mengapa tidak ada yang melaporkan hal ini?” kata sejarawan William Dalrymple, dikutip dari Anadolu.

Dalrymple melanjutkan, pemukim Israel mencoba merebut wilayah itu, namun mendapat perlawanan dari warga Palestina.

"Ini adalah salah satu desa Kristen terakhir di wilayah tersebut," ujarnya.

Data yang dirilis otoritas kependudukan Pemerintah Otoritas Palestina, populasi Kristen di Palestina menurun dari kisaran 70.000 pada 1922, menjadi sekitar 47.000 pada 2017.

Keluarga Kisiyye, penduduk Lembah Al Mahrur dekat Situs Warisan Dunia UNESCO Nahal Heletz, berjuang melawan aktivitas penjajahan Israel sejak lama. Pada 2019, otoritas Israel menghancurkan rumah dan bisnis keluarga tersebut di Lembah Al Mahrur. Kemudian pada Juli lalu, warga Israel datang dan membuat bangunan gubuk di tanah keluarga tersebut. Hal ini meningkatkan ancaman perampasan tanah di daerah sekitarnya.

Ketika keluarga itu melawan upaya Israel untuk merebut tanah, tentara Zionis justru mengusir mereka.

“Kami adalah keluarga biasa, dan kami membuktikan di pengadilan bahwa kami memiliki tanah ini melalui kekuatan iman, tetapi mereka mencoba menggusur orang-orang melalui kekerasan dan perampas tanah. Namun, kami bertekad untuk melindungi tanah kami,” katanya.

Al Mahrur merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO yang juga kebun anggur yang subur. Kisiyye menyerukan kepada para pemilik tanah yang terancam dirampas untuk bersatu melawan aktivitas pemukiman penjajah tersebut.

Editor : Stefanus Dile Payong

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network