Selain itu, kata Amal, alasan mereka menetap di Kota Gaza adalah tak ada jaminan mereka akan selamat jika mengungsi ke selatan. Pasalnya sejak gencatan senjata kemanusiaan berakhir, Israel juga membombardir Khan Younis hingga Rafah, perbatasan dengan Mesir.
“Kami bisa bangun rumah lagi, kami akan lakukan itu. Tapi kami tidak bisa punya tanah lain yang kami sebut rumah. Kami hanya punya satu, dan itu adalah Palestina,” ujar Abu Rushdi, kakek Amal.
Saat musim dingin datang, keluarga-keluarga di Gaza menjadi lebih rentan dibandingkan sebelumnya. Meski demikian, Abu Rashdi tak gentar dan menolak menyerah. Cuaca dan suhu tidak akan membuat keluarganya beranjak. Dia mengatakan, keluarganya adalah salah satu dari banyak warga Palestina yang bersikeras untuk tetap tinggal di tanah airnya, meskipun dibayangi ketakutan.
“Mereka (Israel) memiliki lebih banyak kekuatan dan pasukan untuk terus melakukan apa yang mereka inginkan terhadap kami, namun kami punya hak untuk hidup dan menikmati hak dasar kehidupan manusia di Gaza dan seluruh Palestina setelah mimpi buruk ini berakhir,” tuturnya.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait