Peristiwa Berdarah Tahun 1965 Inilah Sejarah dan Kronologi G30S PKI

Punta Dewa, Evan Payong
Sejarah dan kronologi G30S PKI (Foto: Youtube TVMu)

Sementara Mayjen (Anumerta) Sutoyo, Letnan Jenderal (Anumerta) S.Parman, dan Letnan Jenderal (Anumerta) Suprapto ditangkap, disiksa, dan akhirnya dibunuh oleh PKI. Salah satu target PKI, yakni Panglima TNI Jenderal A.H. Nasution, berhasil melarikan diri ketika pasukan Tjakrabirawa mengepung rumahnya dengan melompati pagar rumah yang bersebelahan dengan Kedutaan Besar Irak.  Kemudian, mayat para korban dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah Lubang Buaya. 

Pada pukul 07.00 WIB, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan pesan dari Komandan Tjakrabirawa, Untung Syamsuri, yang mengumumkan bahwa G30S PKI telah berhasil mengambil alih sejumlah lokasi strategis di Jakarta beserta beberapa anggota militer.  Mereka mengklaim bahwa gerakan ini mendapatkan dukungan dari CIA untuk menggulingkan Soekarno dari jabatannya. 

Operasi penumpasan G30S PKI dimulai pada sore hari tanggal 1 Oktober 1965.  Gedung pusat RRI dan Kantor Pusat Telekomunikasi berhasil direbut kembali oleh pasukan RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo, pasukan Para Kujang/328 Siliwangi, serta beberapa pasukan kavaleri, tanpa terjadi pertumpahan darah.

Setelah mengetahui bahwa basis G30S PKI berada di sekitar Halim Perdana Kusuma, pasukan segera menuju ke sana. 

Pada tanggal 2 Oktober 1965, Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma diserang oleh pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo atas perintah Mayor Jenderal Soeharto. Pukul 12.00 siang, seluruh area tersebut berhasil direbut oleh TNI–AD. Pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Mayor C.I Santoso berhasil menguasai wilayah Lubang Buaya pada hari Minggu, tanggal 3 Oktober 1965. 

Setelah upaya pencarian perwira TNI–AD dipercepat dan berdasarkan informasi dari Kopral Satu Polisi Sukirman, yang pernah menjadi tahanan G30S PKI tetapi berhasil melarikan diri, mereka mendapatkan informasi bahwa para perwira TNI AD yang diculik dibawa ke Lubang Buaya.

Lokasi para perwira yang diculik dan dibunuh akhirnya ditemukan oleh pasukan RPKAD setelah memeriksa wilayah Lubang Buaya secara intensif pada tanggal 3 Oktober 1965. Mayat-mayat perwira tersebut ditempatkan dalam sumur dengan diameter sekitar ¾ meter dan kedalaman sekitar 12 meter, yang sekarang lebih dikenal dengan nama Sumur Lubang Buaya.

Editor : Stefanus Dile Payong

Sebelumnya

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network