MAKASSAR, iNewsBelu.id - Perang yang pecah di Sudan, antara militer pemerintah Sudan, dengan kelompok paramiliter, membuat puluhan pelajar dan mahasiswa asal Sulawesi, terjebak dalam perang. Para mahasiswa dan pelajar tersebut, berada di sekitar ibu kota Sudan, Khartoum.
Perang yang sudah terjadi skeitar dua pekan tersebut, membuat para mahasiswa dan pelajar yang terjebak di lokasi penampungan dan sekterariat tersebut, mulai kehabisan bahan makanan. Melalui sambungan telepon, mereka mengaku takut ke luar karena kondisi masih terjadi pertempuran sengit di ibu kota Sudan.
Pertempuran tersebut, disebutkan oleh para mahasiswa dan pelajar asal Sulawesi, mulai merembet ke wilayah-wilayah pemukiman hingga menyebabkan banyak warga negara asing (WNA), terjebak di dalam rumah. Beberapa objek vital, seperti bandara juga menjadi lokasi pertempuran, hingga mengakibatkan tiga pesawat komersil terbakar.
Meski proses evakuasi terhadap WNI di Sudan, terus dilakukan oleh KBRI dan Kementrian Luar Negeri (Kemenlu), tetapi masih ada ratusan pelajar dan mahasiswa asal Sulawesi, yang masih terjebak di beberapa lokasi pertempuran sehingga belum bisa dievakuasi. Salah seorang pelajar asal Sulawesi Selatan, yang dihubungi Ketua Ikatan Alumni Sudan Bidang 1 Sumber Daya Manusia dan Organisasi, Muh. Fakhrurrazi Anshar, mengaku masih menunggu instruksi dari KBRI di Sudan, untuk selanjutnya dilakukan proses evakuasi.
"Mereka memilih bertahan di dalam posko, mengingat suara letusan pertempuran terus terjadi. Setidaknya masih ada puluhan pelajar asal Sulawesi Selatan, yang bertahan di posko penampungan sementara," ungkap Anshar.
Anshar menambahkan, dari laporan yang diterimanya, proses evakuasi juga terkendala biaya sewa bus yang mencapai Rp200 juta per bus, dengan daya angkut 60-70 orang saja. Sementara jarak tempuh evakuasi dari ibu kota Khartoum, menuju Pelabuhan Sudan, memakan waktu 8-12 jam.
"Kami berharap, agar seluruh pejabat baik gubernur, wali kota, dan bupati, segera mencari data dan berkoodinasi dengan KBRI di Sudan, untuk mengavakuasi warganya di Sudan," tegas Anshar.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait