NEW DELHI, iNewsBelu.id - Pemerintah India mengimbau warga agar memeluk sapi-sapi saat Hari Valentine. Hal itu bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai Hindu dengan lebih baik.
Imbauan ini disampaikan Departemen Kesejahteraan Hewan yang dikelola pemerintah India pada Rabu (8). Mereka menyarankan perayaan hari Valentina ditandai sebagai 'Hari Pelukan Sapi'.
"Memeluk sapi akan membawa kekayaan emosional dan meningkatkan kebahagiaan individu dan kolektif," kata lembaga itu. Dilansir dari 1news, Jumat (10/2/2023), umat Hindu yang taat, yang memuja sapi sebagai hewas suci mengatakan, hari raya dari budaya Barat bertentangan dengan nilai-nilai tradisional India.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok Hindu garis keras telah menggerebek toko-toko di kota-kota India, membakar kartu dan hadiah, dan mengusir pasangan yang berpegangan tangan keluar dari restoran dan taman.
Mereka mengatakan, Hari Valentine mempromosikan pergaulan bebas. Kelompok politik garis keras seperti Shiv Sena dan Bajrang Dal mengatakan, tindakan seperti itu juga membuka jalan untuk menegaskan kembali identitas Hindu.
Anak muda India terpelajar terlepas dari agama mereka, biasanya menghabiskan liburan di taman dan restoran, bertukar hadiah dan mengadakan pesta untuk merayakannya seperti festival India lainnya. Hal itu dilakukan sejak India memulai proses liberalisasi ekonomi pada awal 1990-an.
Pemerintah nasionalis Hindu yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi telah mendorong agenda Hindu, mencari supremasi agama dengan mengorbankan negara sekuler yang terkenal dengan keragamannya. Umat Hindu mendominasi dari hampir 80 persen dari hampir 1,4 miliar penduduknya. Muslim menyumbang 14 persen.
Sedangkan Kristen, Sikh, Budha dan Jain menyumbang sebagian besar dari 6 persen sisanya. Sapi telah lama tertanam dalam jiwa Hindu dan sangat dihormati oleh banyak orang seperti ibunya. Sebagian besar negara bagian di India telah melarang penyembelihan sapi. Nilanjan Mukhopadhyay, seorang analis politik, mengatakan pesan itu benar-benar gila dan bertentangan dengan logika.
“Yang disayangkan adalah ini sekarang memiliki sanksi resmi. Ini menunjukkan penghapus satu garis lagi antara negara dan agama, yang sangat menyedihkan. Sekarang negara melakukan apa yang telah dikampanyekan oleh kelompok politik dan agama,” katanya.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait