JAKARTA, iNewsBelu.id - Kenapa Makassar dijuluki kota keras/kasar. Sebenarnya, keras atau kasar bukan pada orangnya, tetapi pada dialeg atau tutur bahasa yang digunakan oleh penduduk sekitar.
Dari segi etimologi, Makassar berasal dari kata Mangkasara yang terdiri dari morfem prefiks adjektif mang- dan morfem kata kasara (tampak, timbul, wujud, nyata, jelas) yang secara keseluruhan mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang (jujur).
Sementara dari segi terminologi, kata ‘Mangkasarak’ terdapat pada nama suku bangsa, nama kerajaan, nama selat, dan nama kota. Banyak yang mengira bahwa Makassar adalah identik dan serumpun dengan suku Bugis karena marak dan populernya akan istilah Bugis Makassar. Hingga pada akhirnya kejatuhan kerajaan Gowa Tallo Makassar pada VOC Belanda yang dibantu oleh para loyalitas lokalnya.
Segala potensi Makassar dimatikan, mengingat suku ini terkenal sangat keras menentang Belanda. Di manapun mereka bertemu Belanda, pasti diperanginya. Beberapa tokoh sentral Gowa yang menolak menyerah seperti Karaeng Galesong, Karaeng Bontomarannu, Karaeng Karunrung, Sultan Harun Al Rasyid Raja Tallo dan Daeng Mangalle hijrah ke Tanah Jawa.
Dibawa komando Karaeng Galesong bersama armada lautnya yang perkasa, memerangi setiap kapal Belanda yang mereka temui. Oleh karena itu, Belanda yang saat itu di bawah pimpinan Spellman menjulukinya dengan "Si-Bajak-Laut".
Etnis Makassar ini adalah etnis yang berjiwa penakluk dan pemberani namun demokratis dalam memerintah, gemar berperang dan jaya di laut. Tak heran dimulai pada tahun 1512 hingga 1699 dengan simbol Kerajaan Gowa, mereka berhasil membentuk satu wilayah kerajaan yang luas dengan kekuatan armada laut yang besar berhasil membentuk suatu Imperium bernapaskan Islam, mulai dari Sulawesi, kalimantan bagian Timur, NTT, NTB, Maluku, Brunei, Filipina bagian selatan hingga Australia bagian utara.
Suku bangsa Makassar meninggalkan jejak nama Kampung di beberapa negara seperti Macassan Beach atau Pantai Makassar di Australia bagian Utara sebelum abad ke-17 oleh pelaut Teripang. Di negara Timor Leste pada tahun 1641 oleh Sultan Mudaffar Raja Tallo dengan nama Pante Macassar. Dari segi linguistik, bahasa Makassar dan bahasa Bugis berbeda, walau kedua bahasa ini termasuk dalam Rumpun bahasa Sulawesi Selatan, dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia.
Suku Makassar
Dalam kelompok ini, bahasa Makassar masuk dalam sub-kelompok yang sama dengan bahasa Bentong, Konjo dan Selayar. Suku Makassar adalah nama Melayu untuk sebuah etnis yang mendiami pesisir selatan pulau Sulawesi. Lidah Makassar menyebutnya Mangkasara’ berarti “Mereka yang Bersifat Terbuka.”
Suku Bugis
Bugis merupakan kelompok etnik yang berasal dari Sulawesi Selatan. Penciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga dikategorikan sebagai orang Bugis.
Populasi orang Bugis tersebar di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau. Di samping itu, orang-orang Bugis juga banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura yang telah beranak pinak dan keturunannya telah menjadi bagian dari negara tersebut. Karena jiwa perantau dari masyarakat Bugis, maka orang-orang Bugis sangat banyak yang pergi merantau ke mancanegara.
Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan. Masyarakat ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, dan pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa, Sawitto, Sidenreng dan Rappang. Bahasa Bugis terdiri dari beberapa dialek. Seperti dialek Pinrang yang mirip dengan dialek Sidrap. Dialek Bone (yang berbeda antara Bone utara dan Selatan). Dialek Soppeng. Dialek Wajo (juga berbeda antara Wajo bagian utara dan selatan, serta timur dan barat). Dialek Barru, Dialek Sinjai dan sebagainya. Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional juga memakai aksara Lontara.
Perbedaan antara bahasa Bugis dan Makassar ini adalah salah satu ciri yang membedakan kedua suku tersebut.
Artikel ini telah tayang di sulsel.inews.id dengan judul " Kenapa Makassar Dijuluki Kota Keras/Kasar? ", Klik untuk baca: https://sulsel.inews.id/berita/kenapa-makassar-dijuluki-kota-keraskasar/3.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait