Jalannya Acara
Mengambil tema "Lai Ca Kudu Cama Laing" (gotong royong), acara Penti ini ditata secara rapi oleh panitia yang diketuai oleh Ronsi Daur asal Wuas, Lamba Leda Timur, Manggarai. Perayaan Ekaristi diawali dengan penjemputan pastor di pintu gerbang. Para pastor dikalung selendang bermotif tenunan Congkar.
Kemudian dilanjutkan dengan Renggas dan Sanda Kembana. Selanjutnya misa pun dimulai dan diiringi oleh tarian yang disuguhkan oleh para mahasiswa asal Leda Congkar. Usai misa, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan menu utama kuliner ala daerah Manggarai yaitu kolo (nasi bambu), hang bongkar (nasi jagung), hang wara (nasi merah), daging ayam dan daging babi yang diolah sesuai selera masyarakat Manggarai.
Makan bersama selesai, acara dilanjutkan dengan pentas seni dan budaya. Para sesepuh Leda Congkar mengambil posisi duduk di panggung yang beralaskan tikar. Mereka duduk sembari minum tuak dan makan Cepa (siri pinang). Orang tua Leda Congkar yang hadir antara lain Bapak Ino Sensi, Bapak Daminanus Ambur, Bapak Cyrianus Aoer, Bapak Agustinus Dawardja, Bapak Gaudens Wodar, Bapak Savio Rahmat dan Bapak Sebinus Suhardi.
Perwakilan Manggarai Barat terlihat Bapak Rikard Bagun, Bapak Gaudens Suhardi dan Bapak Lucius Karus. Sementara ada juga utusan dari Keluarga Perempuan Manggarai (KPM) yakni Ibu Vivi Syukur dan Ibu Emilia AK serta Ibu Ekke Pareira.
Acara Penti itu pun ditutup dengan tampilan mahasiswa yang menyanyikan lagu Manggarai berjudul "Seni Senang" yang dibalut koreografi seadanya. Semua tamu undangan serta orang tua ikut bergoyang. Odorikus Holang, salah satu panitia menyampaikan, semua mata acara yang dipilih sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Tarian Rantuk Alu, misalnya, memiliki nilai-nilai seperti kerja sama, kelincahan, ketepatan, keberanian dan ketulusan.
Demikian pun sanda dan mbata, memuat pesan moral di setiap syairnya. "Kita menghidupkan nilai-nilai itu agar dipahami generasi milenial," kata Holang Sementara itu sejumlah orang tua mempunyai kesan tersendiri atas acara Penti kali ini. Mereka merasa terharu lantaran acara tersebut baru kembali dibuat setelah 25 tahun silam wadah Leda Congkar dibentuk.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait