Guru Hebat Indonesia Kuat Masih Hanya Slogan: Ironi Guru di Perbatasan Digaji Rp300 Ribu per 3 Bulan
BELU, iNews.id - Setiap Tanggal 25 November selalu diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Momen Hari Guru pada tahun 2025 ini, kita patut mengenang para pahlawan tanpa tanda jasa atas dedikasinya dalam mencerdaskan anak-anak bangsa.
Meski memiliki tugas mulia, masih ada banyak guru yang jauh dari hidup sejahtera. Mereka setia mendidik meski gajinya sangat minim.
Kondisi itu dialami Yustus Nai Kau, S.Pd, Gr, dan guru swasta lainnya di Kabupaten Belu, wilayah perbatasan RI-Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
Bertepatan dengan Hari Guru Nasional, Yustus berharap pemerintah semakin memperhatikan nasib para guru swasta, terutama mereka yang bertugas di perbatasan.
Menurutnya, guru adalah pilar penting bagi masa depan generasi bangsa, sehingga kesejahteraan mereka perlu diperkuat agar proses pendidikan berjalan optimal.
“Sesuai tema tahun 2025, Saya berharap guru-guru hebat yang ada di wilayah perbatasan tetap kuat demi Indonesia yang kuat. Dan kami berharap guru swasta juga diperhatikan lagi ke depannya,” ungkap Yustus, Selasa (25/11).
Yustus tidak menampik realita pahit mengenai penghasilan yang ia terima. Sebagai guru swasta, gaji yang diperolehnya hanya Rp300.000 setiap tiga bulan.
Jumlah tersebut memang masih sangat jauh dari kata cukup, namun tidak pernah memadamkan semangatnya untuk terus mengajar.
“Kami bersyukur tahun 2025 ini mendapatkan insentif dari pusat. Tujuh bulan diterima satu kali, sekitar dua juta lebih. Itu sangat membantu. Ditambah lagi biasanya ada penambahan dari Yayasan,” tuturnya.
Meski demikian, ia berharap adanya regulasi yang lebih berpihak pada guru swasta agar pendapatan dapat lebih layak dan diterima secara berkala.
Yustus mulai mengabdikan diri di dunia pendidikan sejak tahun 2017 bersama beberapa guru yang menjadi perintis SMP Swasta Karya Mandiri binaan Yayasan Karya Mandiri. Saat itu ia masih berstatus tenaga sukarela, tanpa pendapatan tetap.
Dorongan untuk mendidik anak bangsa menjadi energi yang membuatnya bertahan hingga saat ini.
Selama mengabdi, Yustus baru satu kali mengikuti seleksi CPNS. Meskipun belum membuahkan hasil, ia tidak kehilangan harapan.
Ia tetap berharap suatu saat dapat memperoleh kesempatan yang lebih baik untuk berkarier sebagai guru.
Di sekolah tempatnya mengajar, terdapat delapan orang guru swasta yang kini bersyukur karena telah dinyatakan lolos Pendidikan Profesi Guru (PPG).
"Ini menjadi angin segar bagi kami untuk peningkatan kompetensi dan peluang karier. Semoga ke depan kami juga bisa diangkat menjadi PPPK. Itu harapan terbesar kami sebagai guru swasta,” ucap Yustus.
Meski tantangan tak henti datang, Yustus dan para guru lainnya tetap memilih bertahan.
"Bagi kami, mengajar bukan semata pekerjaan, tetapi panggilan jiwa. Anak-anak di perbatasan membutuhkan pendidik yang setia mendampingi mereka menuju masa depan yang lebih cerah," tutupnya.
Senada dengan Kepala sekolah, Guru mata pelajaran IPS Terpadu, Maria Anna Seran, juga mengutarakan hal yang sama.
"Kami belum pernah ikut tes PPPK karena guru swasta sehingga kami berharap pada penghasilan yang ada. Semoga pemerintah bisa mengizinkan kami yang guru swasta untuk ikut tes PPPK," Katanya.
Kami baru lulus PPG tahun ini, semoga ada perhatian dari pemerintah pemerintah memfokuskan rekrutmen PPPK 2024 untuk menyelesaikan guru-guru non-ASN di instansi pemerintah (guru honorer sekolah negeri).
Guru swasta tidak dapat mendaftar jika tidak termasuk dalam kriteria pelamar prioritas karena tidak termasuk dalam kategori pelamar umum pada tahun 2024.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait
