KUALA LUMPUR, iNewsBelu.id - Malaysia telah memasang puluhan jebakan harimau di hutan hingga kebun sawit. Jebakan dipasang usai tiga orang tewas akibat serangan harimau dalam dua bulan terakhir.
Melansir dari CNA, Sabtu (9/12/2023), sebanyak 11 perangkap kandang dan 20 kamera telah dipasang dalam beberapa minggu terakhir di kawasan hutan di distrik Gua Musang, Kelantan.
Telah terjadi lima serangan yang mengakibatkan empat kematian di Gua Musang sejak tahun 2021. Tiga insiden terjadi pada bulan Oktober dan November tahun ini. Dua dari tiga orang yang tewas sejak tahun 2021 adalah pekerja perkebunan sawit, sementara korban lainnya adalah warga sipil.
"Kami sangat prihatin. Ini adalah kematian terkait harimau terburuk dalam beberapa dekade di Malaysia," kata Direktur Departemen Taman Nasional dan Satwa Liar, Mohamad Hafid Rohani. Perangkap itu merupakan kandang berbentuk persegi panjang yang dibungkus dengan daun kelapa sawit sehingga tersamarkan. Beberapa di antaranya dipasang di kebun sawit.
Salah satu telah ditempatkan di perkebunan kelapa sawit. Kambing hidup diletakkan di dekatnya jebakan untuk memikat harimau masuk ke perangkap. Harimau Malaya diklasifikasikan sebagai terancam punah. WWF Malaysia memperkirakan kurang dari 150 dari binatang tersebut yang masih tersisa di alam liar.
Hafid mengatakan diperkirakan ada 35 harimau yang tinggal di Kelantan. Serangan harimau terhadap manusia jarang terjadi, tetapi insiden seperti itu diketahui terjadi di daerah di mana perkembangan merambah ke habitat binatang.
Bulan lalu, satu harimau betina ditangkap dan dibawa ke Pusat Penyelamatan Satwa Liar Nasional di negara bagian tetangga Perak. Tetapi Hafid mengakui bahwa pejabat tidak yakin apakah itu bertanggung jawab atas salah satu serangan terhadap manusia. Sekitar 3.000 harimau Malaya pernah berkeliaran di hutan-hutan negara ini pada tahun 1950-an, dan kucing besar ini dianggap sebagai hewan nasional Malaysia.
Tetapi populasinya telah menurun selama beberapa dekade karena kehilangan habitat akibat pembangunan dan perluasan pertanian, serta perburuan.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait