RABAT, iNewsBelu.id - Korban tewas akibat gempa bumi di Maroko, Jumat (8/9/2023) malam atau Sabtu (9/9/2023) pagi, terus bertambah. Hingga Sabtu malam WIB, gempa telah merenggut lebih dari 1.000 nyawa.
Kementerian Dalam Negeri Maroko dalam pembaruan informasinya melalui stasiun televisi pemerintah menyebutkan, 1.037 orang tewas dalam musibah ini. Sementara itu korban luka sebanyak 1.200 orang lebih.
Korban gempa yang mengguncang Dataran Tinggi Atlas itu diperkirakan terus bertambah, seiring masih berlangsungnya pencarian. Korban paling banyak berada di Marrakesh, kota besar terdekat dengan titik pusat gempa yakni berjarak sekitar 70 km. Petugas SAR berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan korban yang terjebak di reruntuhan.
Jumlah korban terbilang tinggi karena beberapa faktor. Gempa tersebut tergolong dangkal, bertitik pusat di darat dengan episentrum sekitar 70 km dari kota yang padat penduduk. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, guncangan tersebut merupakan gempa utama terbesar dalam catatan sejarah yang pernah terjadi di Maroko.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamannya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di Pegunuungan Atlas, Maroko," kata Daryono.
Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan BMKG menunjukkan, gempa Maroko memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault). Itu mencerminkan adanya gaya tekan (compressional) yang terjadi pada zona tektonik sumber gempa tersebut.
"Gempa ini berdampak sangat merusak mencapai skala intensitas VII-IX MMI hingga menimbulkan kerusakan dan korban jiwa meninggal di Kota Tua Marrakesh, kota terbesar keempat di Maroko," tuturnya. Dia menambahkan, sebagai kota tua bangunan di Marrakesh rentan terhadap guncangan karena strukturnya yang lemah. Selain di Maroko, guncangan gempa juga dirasakan di negara tetangga, seperti Spanyol, Portugal, dan Aljazair.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait