ATAMBUA, iNewsBelu.id - Upaya pemerintah menekan angka stunting di wilayah kabupaten Belu terus gencar dilakukan, hal ini sama seperti yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi NTT ( BKKBN NTT ) dengan menggelar rapat konsolidasi dengan pemangku kebijakan tingkat daerah di Kabupaten Belu untuk pencegahan stunting.
Kepala BKKBN Provinsi NTT, Marianus Mau Kuru kepada iNews.id mengatakan kegiatan rapat konsilidasi dengan para pemangku kebijalan yang dilakukan hari ini karena di wilayah kabupaten Belu masih ada masalah, kita berharap dengan kegiatan - kegiatan yang terus kita lakukan di wilayah kabupaten belu ini, masalah stunting ini dapat diatasi dan hilang dari sini.
"Salah satu masalah di Belu yang saat ini masih ada adalah stunting masih ada. Kita harapkan kalau boleh tidak ada stunting lagi. Itu harapan kita," Ungkap Marianus.
Menurut Marianus unutk mengatasi masalah ini pihaknya mengumpulkan para pemangku kebijakan di tingkat daerah yaitu pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat untuk mendiskusikan penyebab utama stunting.
"Kita harus tahu dulu penyebabnya apa, baru kita cari jalan keluar. Tadi sudah dijelaskan oleh pak Bupati bahwa penyebabnya ada banyak, baik langsung maupun tidak langsung, seperti kekurangan gizi," Katanya.
Jika salah satu penyebabnya adalah kekurangan gizi maka jalan keluar yang harus dilakukan dengan pemberian makanan bergizi kepada sasaran. Untuk mendapat makanan bergizi memerlukan uang sehingga keluarga harus bekerja keras untuk mendapatkan uang.Untuk mendapatkan makanan yang bergizi itu harus dibeli pakai uang. Untuk dapat uang, orang harus bekerja. Kalau tidak kerja berarti tidak dapat uang.
Selain bekerja untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, keluarga juga harus merencanakan rumah tangga dengan baik, seperti rencana kelahiran anak tidak terlalu dekat dan anak tidak terlalu banyak. Ini termasuk penyebab tidak langsung masalah stunting.
"Ini semua terjadi dalam keluarga. Entah dia stunting atau miskin, atau kematian ibu, atau kematian bayi dan anak tidak sekolah, semua itu ada dalam keluarga. Oleh karena itu dalam melakukan intervensi harus fokus pada keluarga. Tidak bisa kita keluar dari keluarga," Ujarnya.
Menurut Marianus, intervensi fokus pada keluarga supaya orang tua sehat dan anak-anak sehat. "Kita fokus pada keluarga supaya bapak sehat, mama sehat, maka anak anak sehat", katanya.
Marianus berharap, peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut dapat menjadi pelopor dalam keluarga untuk mencegah stunting dan juga menjadi corong untuk mensosialisasikan kepada keluarga yang lain. Termasuk peran aktif media juga sangat diharapkan untuk mensosialisasikan upaya penanganan stunting.
Selain itu Bupati Belu, dr. Agustinus Taolin dalam arahannya mengatakan, penanganan masalah stunting harus melibatkan semua pihak mulai dari keluarga, pasangan usia subur, sekolah, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM, pemerintah mulai dari desa sampai pusat.
Untuk Kabupaten Belu, kata bupati, prosentase stunting berada di 16,2 persen keadaan febuari 2022. Penurunan stunting ini karena kerja sama yang baik lintas sektor dan intervensi dari pemerintah di berbagai bidang seperti infrastruktur, pelayanan kesehatan, ketersedian air minum.
Menurut Agus Taolin, konsolidasi yang yang diselenggarakan BKKBN Provinsi NTT sangat tepat karena langsung pada tataran implementasi di lapangan.
Bupati berharap, peserta kegiatan yang adalah keluarga, kader, penyuluh dan para tokoh dapat memahami upaya penanganan stunting demi mewujudkan masyarakat Belu yang kompetitif.
Peserta kegiatan adalah kepala keluarga, ibu rumah tangga, tokoh agama, tokoh masyarakat, kader dan penyuluh KB.
Editor : Stefanus Dile Payong
Artikel Terkait